EKOSISTEM HUTAN
Satuan pokok ekologi adalah ekosistem atau sistem ekologi yakni satuan
kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis)
dengan berbagai benda mati berimteraksi membentuk suatu sistem. Ekosisitem
dicirikan dengan pertukaran materi dan transpormasi energi yang sepenuhnya
berlangsung di antara berbagai komponen dalam sisitem itu sendiri atau dengan
sistem lain diluarnya (Soekarni et al., 1987).
Ekosistem adalah ungkapan pendek untuk sistem ekologi. Bagi beberapa orang,
“sistem ekologi merupakan sinonim untuk sistem lingkungan. Aliran energi
menghasilkan jaringan-jaringan transfortasi energi yang khas, interaksi umpan
balik, dan daur ulang. Jaring-jaring tersebut membentuk hirarki dari
transformasi energi yang khas, interaksi umpan balik dan daur ulang. Suatu
sitem lingkungan adalag suatu jaringan bagian-bagian komponen dan proses-proses
komponen pada skala lingkungan contohnya hutan, sawah , danau , laut, daerah
pertanian. Semua areal tersebut biasanya tersusun atas organisme hidup, siklus
kimia, aliran air, komponen bumi dan seterusnya (Odum, 1983).
Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah
dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan
yang tegas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi atas daerah
dan unsur penyusun. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling
keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain, saling ketergantungan, dan
hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang
berkesinambungan (Clapham, 1973).
Suatu ekosistem tidak pernah terisolir dari suatu sistem lainnya. Ekosistem
bersifat kompleks dan dinamis. Ekosistem terintegrasi oleh arus energi dan
benda-benda diantara organisme dan lingkungannya. Ekosistem dengan piramida
biomas terbalik harus didukung oleh turnover time secara cepat pada tingkat
trofik yang rendah. Sebuah ekosistem memperoleh energi dari suatu sumber,
energi tersebut dapat disimpan atau dirubah ke dalam bentuk kerja (Nasution,
1995).
Apa Itu Ekosistem Hutan?
Ekosistem hutan adalah sistem ekologi yang
saling terkait antara lingkungan dengan makhluk hidup yang menempati hutan.
Menjadi tatanan kesatuan utuh yang tidak terpisahkan atas berbagai unsur
kehidupan organisme dan anorganiasme. Organisme berkembang dalam komunitas dan
terjalin dalam sebuah sistem dengan lingkungan fisik untuk keperluan kehidupan.
Spesies binatang dan tumbuhan dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh
pengaruh potensi sumber daya alam dan faktor kimiawi-fisis yang sesuai dengan
kebutuhan hidup spesies tersebut. Kawasan hutan ditumbuhi oleh lebatnya pohon
dan tumbuhan. Menjadi bentuk kehidupan yang tersebar di dunia, baik di daerah
tropis, iklim dingin, pegunungan, di dataran rendah, di pulau terkecil atau di
suatu benua. Ekosistem hutan memiliki fungsi untuk menampung karbondioksida,
menjadi tempat hidup hewan dan tumbuhan, pelestari utama tanah, modulator
hidrologi dan fungsi biosfer penting untuk menjaga keberlansungan kehidupan di
muka bumi ini (Anonim, 2009).
Mengapa Ekosistem Hutan Penting?
Ekosistem hutan adalah kawasan dimana terdapat keanekaragaman yang paling tinggi di daratan. Ia merupakan rumah bagi tumbuhan dan juga hewan. Keberadaannya tak hanya sebagai pendaur udara saja tetapi juga penting karena:
1.
Berfungsi sebagai sarana hidrologis yakni gudang tempat menyimpan
air. Hutan memang mampu menyerap air dan embun dan kemudian mengalirkannya ke
sungai melalui mata air yang terdapat di kawasan hutan tersebut. Hutan sebagai
penadah air akan membuat air hujan tidah tergenang dan sia-sia.
2.
Ekosistem hutan berperan sebagai pengunci tanah sehingga
menghindarkan dari ancaman bencana alam semacam longsonr juga erosi tanah.
3.
Hutan merupakan dapur alami, tempat dimana pepohonan “memasak”
unsur hara dan kemudian dialirkan ke sekitarnya. Meski ia berada di daratan,
tetapi aliran energi pepohonan yang ada di hutan ini sampai ke tumbuhan yang
ada di perairan misalnya di sungai.
4.
Hutan merupakan “polisi iklim”. Ia mengatur dengan cara
memproduksi oksigen atau o2 melalui dedaunan pohonnya. O2 sangat dibutuhkan
manusia, karenanya keberadaan hutan sangat penting. Hutan mendaur ulang co2
(termasuk yang dikeluarkan manusia) yang ada di bumi dan menjadikannya oksigen.
Bayangkan jika tidak ada hutan?
5.
Sebagai tempat produksi embrio flora dan fauna untuk memperkaya keanekaragaman
hayati. Hutan juga merupakan sarana pertahanan ekosistem lainnya.
6.
Hutan bisa berperan sebagai sumber makanan bagi penduduk di
sekitarnya sebab pepohonan yang hidup di dalamnya juga menghasilkan sejumlah
bahan makanan seperti buah dan lain-lain. Tak hanya itu, jika kita cermat dan
bijak, hutan juga menyediakan kayu untuk digunakan manusia mencukupi segala
keperluannya.
7.
Manfaat ekosistem hutan lainnya adalah sebagai sarana rekreasi.
Jika dikelola dengan baik, hutan juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Di dalam ekosistem hutan juga terjadi daur materi dan daur energi. Energi
utama dari ekosistem hutan berasal dari sinar matahari yabg ditangkap oleh
produsen yang diteruskan kekonsumen – konsumen berikutnya sampai keperombak.
Kehidupan disini mempunyai kesinambungan masukan energi dan materi karena
keluar energi (Panas) dan materi berhubungan juga selalu mengalir dari dalam
tubuh. Keseimbangan masukan serta keluaran tergantung pada daur materi dan
aliran energi. Daur energi tida sesederhana ini, karena dalam ekosistem hutan
tidak hanya rantai makanan saja yang akhirnya membuat semakin komplek daur-daur
yang ada dalam ekosistem tersebut.
Dari sekema yang ada dapat diketahui bahwa arus energy berbeda dengan daur
materi. Arus energi adalah perpindahan atau transfer tenaga yang dimulai
dari sinar matahari melalui organisme-organisme dalam ekosistem melalui
peristiwa makan dan dimakan. Sedangkan daur materi adalah perputaran substansi
atau materi melalui peristiwa makan dan dimakan. Arus energi bersifat non
siklik sedangkan daur materi bersifat siklik.
Secara umum, arus energi yan ada di Hutan Wanagama dimulai dari panangkapan
energi oleh tanaman (produsen) dari matahari melalui proses fotosintesis. Produsen
jumlahnya sangatlah banyak. Kemudian beralih kepada konsumen. Konsumen
merupakan kelompok organisme yang heterotrof, yaitu tidak dapat mensintesis
makanannya sendiri. Maka dari itu mereka mendapatkan makannnya dengan cara
memakan organisme lain. Bermula dari konsumen tingkat pertama. Konsumen tingkat
ini biasanya berkembang biak dengan cepat sehingga populasinya sangat banyak,
namun tidak lebih banyak dari produsen. Konsumen tingkat pertama ini biasanya
merupakan herbivora (pemakan tumbuhan). Dalam ekosistem hutan ini, konsumen
pertamanya adalah belelang yang jumlahnya cukup banyak.
Berlanjut kepada konsumen tingkat
kedua, ketiga dan seterusnya. Konsumen ini juga merupakan organisme heterotrof.
Namun bedanya, organisme di sini adalah golongan karnivora (pemakan
daging/hewan) dan omnivora. Populasi yang mereka miliki lebih kecil daripada
hewan herbivora (konsumen tingkat 1) karena kemampuan berkembangbiaknya rendah.
Dalam ekosistem hutan ini, konsumen tingkat kedua ditempati oleh katak ataupun
burung pemakan serangga. Dan konsumen tingkat ketiga ditempati oleh ular.
Produsen menempati tempat teratas dengan populasi terbanyak, lalu konsumen
tingkat akhir menduduki peringkat paling buncit dengan populasi paling sedikit.
Demikian terjadi karena produsen ataupun sumber makanan yang berada 1 tingkat
diatas konsumen, harus mampu memenuhi semua kebutuhan makanan dan energi
konsumen tersebut. Maka dari itu, jumlah populasi produsen atau sumber makanan
di atasnya tidak boleh kurang dari jumlah populasi konsumen di bawahnya. Supaya
tidak terjadi kekurangan pangan di dalam ekosistem tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan pengurai yang sangat berperan dalam ekosistem hutan adalah
cacing. Perannya tidak hanya menguraikan jasad konsumen, tetapi juga dapat
menguraikan produsen yang mati.
Pada daur materi, apa yang
dihasailkan oleh produsen akan kembali lagi kepada produsen. Sumber materi
utama dalam ekosistem Hutan Wanagama adalah tanah dan udara yang ada di
bumi.Materi yang ada di bumi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat
oleh tanaman. Secara berturut-turut zat tersebut akan berpindah dari tubuh
organisme satu ke organisme lain, maka suatu ketika akan kembali ke bumi
sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh
tumbuhan.
Daur materi dan arus energi erat kaitannya
dengan komponen-komponen yang ada pada ekosistem yang bersangkutan (dalam hal
ini adalah ekosistem hutan). Secara umum ada dua jenis komponen yang menyusun
keberadaan ekosistem hutan. Keduanya adalah komponen biotik dan juga komponen
abiotik. Komponen biotik adalah penyusun suatu ekosistem yang terdiri dari
organisme-organisme yang masih hidup. Komponen biotik juga masih bisa
dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu organisme autotrof (mampu menghasilkan
makanan sendiri) dan organisme heterotrof (tidak mampu menghasilkan makanan
sendiri). Sedangkan komponen abiotik merupakan penyusun ekosistem yang terdiri
dari benda-benda yang tidak hidup atau bisa juga dikatakan lingkungan dalam
arti fisiknya.
Dalam ekosistem Hutan Wanagama I
, penyusun komponen abiotik adalah batu, sampah plastik, udara, daun kering,
suhu, genangan air, dan sebagainya. Penyusun komponen biotik autotrof adalah
pohon mahoni, pohon jati, rumput, putri malu, pohon pornis, dan pohon kayu
putih. Sedangkan penyusun komponen biotik heterotrof adalah semut, belalang,
laba-laba, kupu-kupu, bekicot, lebah, nyamuk, katak, ular, burung, dan anjing.
Selain kedua komponen di atas, masih ada satu komponen lagi, yaitu
dekomposer. Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati. Decomposer tidak berperan dalam arus energy tetapi
hanya berperan dalam daur materi. Ini karena decomposer tidak meneruskan energy
yang diperoleh dari organisme yang mati kepada tanaman dalam bentuk unsur hara.
Tetapi, decomposer mamapu meneruskan materi dari organisme mati (biasanya dalam
bentuk mineral organik) kepada tanaman. Yang bertindak sebagai dekomposer dalam
ekosistem hutan ini adalah cacing dan beberapa mikroorganisme lain yang mungkin
tidak dapat terlihat secara kasat mata. Komponen-komponen tersebut saling
berinteraksi membentuk suatu sistem yang kompleks dengan tujuan untuk
menciptakan keadaan yang seimbang (homeostasis), artinya suatu keadaan
yang menunjukkan bahwa sistem tersebut mempunyai kecenderungan untuk
melawan perubahan dan memelihara keseimbangan.
Matahari merupakan sumber energi utama yang
memberikan kehidupan di bumi. Akan tetapi, energi matahari tidak dapat
dimanfatkan secara langsung oleh semua organisme yang ada di bumi. Hanya
organisme autotrof yang dapat memenfaatkan cahaya matahari secara langsung
melalui proses fotosintesis yang dapat menghasilkan makanan bagi organisme
autotrof tersebut maupun organisme heterotrof yang memakan organisme autotrof.
Dalam ekosistem
hutan, matahari merupakan sumber energi yang utama. Tak hanya memberi energi
kepada tanaman untuk menghasilkan makanan, matahari juga memiliki pengaruh yang
cukup besar bagi sebagian komponen abiotik dalam ekosistem hutan. Seperti suhu,
angin, kelembabaan dan lain-lain. Suhu, air dan kelembaban memiliki peranan
dalam menentukan organisme yang sesuai untuk tinggal di daerah tersebut. Hutan
Wanagama beriklim tropis (iklim makro di daerah Indonesia) sehingga tanaman
yang banyak tumbuh adalah jenis pepohonan tahunan yang relatif memiliki ukuran
yang besar. Pepohonan besar yang ada adalah pohon mahoni, pohon jati, pohon
pornis, dan pohon kayu putih. Tidak hanya berperan sebagai organisme autorof
yang mampu menciptakan makanan sendiri. Lebih dari itu, ada banyaknya pohon-pohon
besar seperti itu juga berperan dalam mengubah iklim mikro yang ada di daerah
Hutan Wanagama terebut.
Iklim mikro di Hutan Wanagama yang berbeda dengan iklim tropis pada umumnya
adalah suhu, kelembaban, dan banyaknya cahaya matahari yang sampai di permukaan
tanah. Iklim mikro yang merupakan komponen abiotik tentunya berpengaruh
terhadap komponen biotik (organisme) yang berada di Hutan Wanagama.
Sedikitnya cahaya matahari yang mencapai permukaan tanah membuat suhu di
daerah tersebut relatif agak rendah dan kelembaban udara yang terdapat pada
Hutan Wanagama juga sedikit lebih tinggi. Suhu rendah dengan tingkat kelembaban
yang tinggi sangat cocok untuk berbagai jenis rumput dan putri malu tumbuh
dengan subur. Adanya banyak rerumputan membuat banyak serangga kecil banyak
dijumpai di Hutan Wanagama tersebut. Selain menjadi tempat tinggal bagi semut,
dan laba-laba, rerumputan juga berperan dalam menyediakan makanan bagi belalang
dan bekicot, serta bunga dari rerumputan tersebut juga menyediakan nektar yang merupakan
makanan bagi lebah dan kupu-kupu. Genangan air ditambah dengan tempat yang
sedikit gelap (cahaya matahari sedikit yang mencapai tanah) membuat banyak
nyamuk yang berhabitat di tempat tersebut. Selain itu, karakteristik
daerah seperti itu juga menjadi habitat yang cocok untuk katak. Pohon-pohon
yang besar menjadikan tempat tersebut juga menjadi tempat yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan burung (baik pemakan biji, maupun pemakan
serangga).
Setelah iklim mikro berpengaruh kepada vegetasi penutup tanah pada suatu
wilayah (Hutan Wanagama), maka vegetasi akan berpengaruh terhadap binatang yang
menghuni wilayah tersebut, khususnya berpengaruh pada binatang yang berperan
sebagi konsumen tingkat I dan sebagian kecil konsumen tingkat II. Konsumen tingkat
III dan seterusnya yang ada di ekosistem hutan lebih dipengaruhi oleh adanya
konsumen tingkat I dan II daripada oleh iklim mikro yang ada. Sebagai
contoh, mungkin katak ( konsumen II) hanya akan dapat hidup pada daerah yang
lembab dengan minimal ada sedikit genangan air (masih dipengaruhi oleh iklim
mikro). Sedangkan ular (konsumen III) dapat tinggal di lingkungan apa saja asal
ada makanan,dalam hal ini adalah katak. Untuk contoh lain, burung pemakan
serangga yang merupakan konsumen tingkat II mungkin juga dapat hidup di banyak
lingkungan berbeda (tidak hanya hutan), tetapi karena iklim mikro hutan cocok
untuk serangga dapat berkembang biak, maka di hutan pun banyak serangga dan
burung pemakan serangga pun banyak yang menghuni hutan.
Jenis-Jenis Hutan
Oleh
para ahli, hutan bisa dibagi ke dalam beberapa jenis yang didasarkan pada
beberapa hal. Berikut pembagian hutan.
Berdasarkan Letak Geografis
Berdasarkan Letak Geografis
1.
Hutan tropis, yakni hutan yang letaknya berada di wilayah
khatulistiwa.
2.
Hutan temperate yakni hutan yang berada di wilayah dengan 4 musim.
3.
Hutan boreal, yakni hutan yang berada di daerah lingkaran kutub.
Berdasarkan
Sifat Musimnya
1.
Hutan hujan atau rainforest.
2.
Hutan selalu hijau atau evergereen forest.
3.
Hutan musim atau hutan gugur, dikenal juga dengan nama deciduous
forest.
4.
Hutan sabanna atau savannah forest, adalah hutan yang berada di
wilayah dengan musim kemarau panjang.
Berdasarkan
Ketinggian Tempat
1.
Hutan pantai atau beach forest.
2.
Hutan dataran rendah atau lowland forest.
3.
Hutan pegunungan bawah atau sub-mountain forest.
4.
Hutan pegunungan atas atau mountain forest.
5.
Hutan kabut atau mist forest.
6.
Hutan Elfin atau alpine forest.
Berdasarkan
Kondisi Tanah
1.
Hutan Tanah Kapur atau Limestone forest.
2.
Hutan Kerangas atau Health Forest.
3.
Hutan Rawa Gambut atau Peat Swamp-forest.
4.
Hutan Rawa Air-tawar atau hutan rawa yang dikenal juga dengan nama
Freshwater Swamp-forest.
Berdasarkan
Dominasi Pepohonan
1.
Hutan Pinus atau Pine Forest.
2.
Hutan Ekaliptus atau Eucalyptus Forest.
3.
Hutan Dipterokarpa.
4.
Hutan jati atau Teak Forest.
0 komentar:
Posting Komentar